Minggu, 27 Maret 2011

Daftar Stadiun Sepakbola terbaik

Nou Camp, Barcelona, Spanyol
Lapangan ini berdiri pada 1957 dengan menghabiskan dana AS$3 juta. Nou Camp adalah lapangan sepakbola terbesar di Eropa, dengan kapasitas 120.000 penonton dan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia 1982.
Spoiler for Nou Camp:

http://www.onlineticketexpress.com/images/event_images/Barcelona%20Camp%20nou%20Staldium.jpg

Old Trafford, Manchester, Inggris
Ini adalah salah satu stadion yang tak pernah luput dari huru-hara. Oleh sebab itu, jangan heran bila pada hari H pertandingan, aparat polisi mengelilingi seluruh penjuru stadion ini. Maklum saja, dari 68.000 tempat duduk yang tersedia, hanya 3.000 kursi yang disediakan untuk supporter lawan. Alhasil, mereka yang tak kebagian tempat duduk, banyak yang kecewa dan melampiaskannya dengan marah-marah. Jangan heran kalau MU selalu menang bila bertanding disini.
Spoiler for Old Trafford:

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjneVIQWe5NBq-iPTgg3RRQF5WAytOcPdI1SiPAcA5y-B5oSEg7mrQb-QxFPBjCN4RY9i3W4t_Ke_BgUuOCEzvGvheEEgVTafWbpR3P6SlApy-OUPYk-BJ2lkX7SYwU_6Ub9hc1kmCKkPI/s640/oldtrafford2.jpg


 Estadio Santiago Bernabeu, Madrid, Spanyol
Real Madrid adalah satu dari kesebelasan sepakbola tertua di Eropa. Walau sudah terbentuk sejak 1902, tapi Real Madrid belum memiliki "kandang" sendiri sampai akhirnya lahir Stadion Chamartin 1924. Sayang, Chamartin hancur akibat perang sipil Spanyol, dan pemerintah setempat kemudian mendirikan Santiago Bernabeu di atas tanah tersebut pada 1947. Stadion ini menjadi tempat diselenggarakannya final Piala Dunia 1982. Kini, stadion ini sedang dimodifikasi dan diharapkan selesai pada 2005. Renovasinya dilakukan secara besar-besaran, tapi tak akan mengurangi keunikan dan sejarah yang telah dibuat.
Spoiler for Estadio Santiago Bernabeu:

http://www.football90.net/data/media/22/santiago-bernabeu.jpg
Spoiler for Estadio Santiago Bernabeu:

Louis II, Monte Carlo, Monaco
Stadion yang dimaksud adalah versi baru dari Stadion Louis II, yang dulu dibangun 1937. Stadion ini adalah relokasi stadion itersebut, dan diresmikan pada 1985. Stadion yang memiliki arsitektur khas Monaco ini, memiliki kapasitas tempat duduk untuk 18.500 orang, dan merupakan salah satu stadion yang paling nyaman di Eropa.
Spoiler for Louis II:

http://www.fussballtempel.net/uefa/FRA/LouisII4.jpg


San Siro, Milan, Italia
Di Itali, orang tak bisa memisahkan San Siro dari sepakbola. Rumah kesebelasan Inter Milan dan AC Milan ini, adalah satu dari sedikit tempat di Itali untuk olahraga. Stadion ini memiliki kapasitas 80.000 kursi dengan penataan cahaya yang luar biasa cantiknya. Disana terdapat VIP lounge dan bar khusus penggemar fanatik setempat.
Spoiler for San Siro:

http://www.zerozerofootball.com/img/estadios/125/13125_ori_giuseppe_meazza_san_siro_.jpg


 Stadio Olimpico, Rome, Italia
Italy suda dua kali menjadi penyelenggara Piala Dunia. Pertama, tahun 1934, Piala Dunia diselenggarakan di Stadio Del PFN, dan yang kedua, yakni final Piala Dunia 1990 di stadion ini. Stadion ini juga menjadi saksi sejarah gagalnya kesebelasan AS Roma meraih gengsi melalui finalti melawan Liverpool pada 1984. Pada Juni 2001, jutaan miliar dolar disuntikkan untuk renovasi stadion tersebut.
Spoiler for Stadio Olimpico:

http://stadiums.football.co.uk/Images/Photos/Large/1599-0.jpg


 Azadi, Teheran, Iran
Dari namanya, Anda mungkin mengira Iran bukan tempat yang ideal untuk berbulan madu, padahal negara ini memiliki banyak tempat yang indah, termasuk stadion yang mampu menampung 100.000 penonton. Stadion ini pernah digunakan untuk Asian Games 1974.
Spoiler for Azadi:

http://www.riefki.com/wp-content/uploads/2010/04/Azadi-Stadium.jpg

LUZHNIKI, Kembarannya Stadion Gelora Bung Karno di Moscow

LUZHNIKI, Kembarannya Stadion Gelora Bung Karno di Moscow
http://rijal954.files.wordpress.com/2010/12/luzhniki_stadium.jpg

Siapa yang menyangka jika Stadion Gelora Bung Karno (GBK) memiliki `kembaran` di Moskow Rusia. Karena memiliki latarbelakang sejarah yang hampir sama, tim arsitek Moskow melakukan peninjauan ke stadion peninggalan Persiden pertama RI Soekarno ini. Tim arsitek tersebut tidak hanya ingin meningkatkan karakteristik stadion yang memiliki banyak persamaan dengan Stadion Luzhniki, Moskow. Mereka juga juga akan menuangkannya ke dalam buku yang akan diterbitkan tahun depan.
Apa yang dilakukan tim arsitek Moskow ini adalah tindak lanjut dari memorandum of undestanding (MoU) tentang kerja sama sister city antara Pemerintah Kota Moskow dan Pemprov DKi Jakarta. Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Sarwo Handayani menerangkan, Jakarta-Moskow telah menandatangani MoU kerja sama Sister City Jakarta-Moskow 2008-2011 pada 3 Oktober 2008 di Balai Kota Moskow.
Penandatanganan dilakukan Gubernur DKI Fauzi Bowo dengan Walikota Moskow Yuri Luzhkov. Isi dari MoU Jakarta-Moskow itu, kedua kota besar ini akan melakukan pertukaran kunjungan delegasi tenaga ahli dalam bidang perekonomian dan urusan pemerintahan kota. Diantaranya penyelamatan dan pelayanan tanggap darurat, kebudayaan dan pelestarian peninggalan bersejarah, pengembangan olahraga untuk anak dan kalangan remaja, serta pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM).
Tak hanya itu, dalam MoU tersebut juga disertakan manajemen dan pengembangan transportasi umum termasuk konstruksi sistim transportasi massal (Metro) dan sistem pelayanan sosial berdasarkan penggunaan kartu elektronik. MoU juga menyinggung pengendalian ruang kota serta pengelolaan perumahan bagi masyarakat kota, seperti pengadaan dan penjernihan air, pengumpulan dan pemanfaatan limbah tangga dan industri. “Untuk kali ini, terjadi pertukaran tenaga ahli di bidang heritage untuk menangani pelestarian kebudayaan dan peninggalan sejarah. Yang menarik, mereka ingin membuat buku tentang Stadion Gelora Bung Karno dari segi arsitekturnya. Serta memberikan masukan untuk pemeliharan stadion bersejarah ini,” kata Sarwo Handayani usai mendampingi Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menerima kunjungan Tim Arsitektur Pemerintah Moskow di Balaikota DKI, Jakarta, Kamis .
Ketertarikan tim arsitektur Moskow membukukan GBK ternyata karena Moskow memiliki stadion serupa yang dibangun oleh tim arsitektur yang sama dengan GBK yaitu, Stadion Luzhniki. Dalam buku yang akan diterbitkan tahun depan, akan menceritakan latarbelakang konsep arsitektur pembangunan stadion GBK dan kembarannya. Diharapkan buku tersebut dapat memberikan masukan bagi pengelola stadion untuk bisa merawat dan memelihara gedung olahraga bertaraf internasional ini dengan baik. “Warga Jakarta juga bisa mengetahui latarbelakang dan sejarah arsitektur stadion GBK,” tukasnya.
http://rijal954.files.wordpress.com/2010/12/luzhnikistadium2_468x312.jpg
Untuk kerja sama manajemen dan pengembangan transportasi umum termasuk konstruksi sistim transportasi massal (Metro) berbentuk mass rapid transit (MRT), menurut Sarwo, sampai saat ini belum dibahas. Karena kedua pemerintah kota ingin melakukan kerja sama dengan tahapan-tahapan agar hasilnya bisa maksimal. “Kemungkinan akan ada pembasahan MRT dengan Moskow, tapi tidak saat-saat ini. Bertahap lah,” ujarnya.
Mengenai kunjungan tim arsitektur ke GBK, ada satu keuntungan yang bisa diambil yaitu penglola GBK bisa mendapat masukan untuk strategi pengelolaan stadiun tersebut ke depan. Kasubag Kerjasama Sister city Biro Kerjasama Daerah dan Kerjasama Luar Negeri (KDH & KLN) DKI, Danang, mengatakan, kedatangan tim arsitektur Moskow ke ibu kota sebagai tindak lanjut dari MoU Jakarta-Moskow. “Mereka ingin melihat kondisi stadion GBK dan memberikan second opinion terhadap pemeliharaan gedung dan peningkatan fasilitas olahraga,” kata Danang. Keuntungan yang dapat diperoleh dari asistensi tim tersebut, dapat mengarahkan strategi pengelolaan stadion semakin baik di tahun-tahun yang akan datang.
sumber : http://feriandyundercover.blogspot.c…on-gelora.html

PERKEMBANGAN GEDUNG PENCAKAR LANGIT DARI MASA KE MASA

Pertumbuhan ekonomi suatu kota dapat dilihat dengan berdirinya gedung-gedung pencakar langit. Bahkan tidak hanya menjadi ukuran pertumbuhan ekonomi saja. Berdirinya gedung-gedung pencakar langit di suatu kota juga dapat menjadi ukuran pertumbuhan sosial dan budaya serta simbol dan gengsi di kota tersebut. Tumbuhnya gedung-gedung pencakar langit merupakan suatu kebutuhan pengadaan ruang aktivitas mengingat lahan yang tersedia terbatas sehingga dibuatlah ruang-ruang vertikal. Selain itu adanya pemusatan kegiatan ekonomi untuk pengembangan pertumbuhan dalam suatu lingkungan sempit atau wilayah distik dengan maksud mempersingkat jarak dan waktu juga memicu pertumbuhan kota secara vertikal.

Teknologi juga berperan dominan dalam lahirnya gedung-gedung pencakar langit. Pasca perang dunia II merupakan revolusi teknologi bahan bangunan di dunia dengan ditemukannya Elevator oleh Elisha Graves Otis pada tahun 1852 dan juga ditemukannya konverter baja oleh Sir Henry Bessemer tahun 1856 yang mampu menekan biaya struktur baja. Baja telah mulai dikenal sebagai konstruksi pada tahun 1830 bahkan telah digunakan sebagai konstruksi jembatan pertama kali pada tahun 1777 pada ?The Ironbridge?, di Coalbrookdale, disungai Severn, Shropshire, Inggris oleh Abraham Darby. Kemudian disusul oleh adanya revolusi arsitektur. Pada sebelum perang dunia II terdapat gaya arsitektur Fungsionalism, Gaya Eklektik, dan Gaya Art-Deco, kemudian pasca perang dunia II terdapat gaya International (Modern) dan gaya Post-Modern. Pengelompokan ini didasarkan atas perubahan yang sangat signifikan baik pada perwajahan arsitektur maupun dalam penerapan teknologi konstruksinya.

Sebelum Perang Dunia II

Periode awal pertumbuhan gedung-gedung tinggi adalah merupakan karya arsitek?arsitek ?Chicago School? seperti ?Home Insurance Building?, di Chicago, Illinois (1885) karya arsitek Le Barron Jenney dengan ketinggian 10 lantai, dianggap sebagai bangunan tinggi pertama didunia walaupun pada tahun 1870 sudah ada bangunan ?The Equitable Building?, New York, setinggi 6 lantai sebagai bangunan pertama yang menggunakan elevator.

Tokoh yang paling menonjol adalah Louise Henry Sullivan dengan karyanya ?Carson Pirie Scott Building? di Chicago, Illinois (1904). Dia dianggap sebagai ?bapak? dari bangunan pencakar langit. Arsitek lulusan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) ini terkenal karena menampilkan teknologi baru yaitu penyatuan antara teknologi rangka baja kedalam seni bangunan. Dia sangat peka dalam karya-karyanya terhadap permasalahan sosial, kesempurnaan bentuk dalam arsitektur dan demokrasi arsitektur, prinsip inilah yang dikenal dengan ?Fungsionalism?, hal ini diungkapkan dalam tulisan-tulisan mengenai karya-karyanya tersebut.

Pada awal 1900-an setelah depresi ekonomi, dimulai era baru pembangunan gedung gedung tinggi yaitu terjadi peralihan dari Chicago ke New York. Ada beberapa karya yang menonjol pada periode ini salah satunya adalah ?Flatiron Building?, di New York (1903) karya arsitek Daniel Burnham. Pada periode ini mulai lahir arsitektur gedung tinggi bergaya ?Eklektik? yang merupakan reunifikasi dari gaya ?flamboyant? di Eropa yaitu berupa motif-motif dekorasi bangunan yang berasal dari Medieval, Gothik, dan Renaissance dalam skala yang diperbesar dan menggunakan bahan batu kapur dan terrakota dengan sentuhan Beaux-Art pada penyelesaiannya.
Disini juga terjadi kasus-kasus penjiplakan bentuk bangunan dari bangunan sebelumnya seperti pada ?Metropolitan Life Tower?, di New York, karya arsitek Pierre Le Born dengan ketinggian 213 m yang sangat mirip dengan ?Campavile?, di St. Mark?s Square, Venesia. Hal yang juga banyak terjadi pada bangunan-bangunan di Indonesia saat ini. Penampilan gedung-gedung tinggi di New York banyak dikatakan sebagai ?Monumen Kapitalis?.

Perkembangan selanjutnya, mulai masuknya Arsitektur bergaya ?Art-Deco? dari Eropa yang dibawa oleh orang-orang Amerika yang belajar disana maupun maupun oleh para imigran pasca perang Dunia I terutama para arsitek dan seniman. Pada periode ini arsitek dalam berkarya banyak dibantu oleh seniman yaitu dengan pemanfaatan produk pabrik sebagai selimut bangunan. Dalam berkarya arsitek memulai dengan suatu tema dengan penyelesaian yang rinci mulai dari taman sampai kepada ruang-ruang didalam bangunan. Perkembangan dari bangunan tinggi bergaya Art-Deco ini sangat menonjol di New York. Karya-karya arsitektur Art Deco yang menonjol yaitu yang ada di kawasan Manhattan, New York, diantaranya ?Chrysler Building? karya arsitek William Van Allen (1930) dengan ketinggian 319m.

Pasca Perang Dunia II

Ketika terjadi Perang Dunia II (1940-1950), era pembangunan gedung-gedung tinggi juga terhenti. Selain menghancurkan perekonomian juga membawa perubahan terhadap wajah dunia pada pasca perang tersebut. Penampilan bangunan menjadi lebih sederhana dengan bentuk kubus dengan rangka bangunan yang diselimuti gelas dan miskin ornamen (hampir tidak ada), yang terlihat hanya garis-garis vertikal dan horizontal yang kaku dan oleh Bruno Taut dikatakan sebagai karya gambar anak-anak.

Dimulai dengan bangunan ?Lever House?, karya arsitek Gordon Bunshaft (1952) dan diikuti oleh bangunan terkenal ?Seagram Building?, di New York, karya arsitek Mies Van Der Rohe dan Philip Johnson dengan ketinggian 38 lantai.

Penampilan bangunan dengan bentuk ini mengakibatkan terjadinya persamaan bentuk dan menimpa negara-negara yang baru merdeka sehingga lahirlah karakter kolektif pada kota-kota dinegara berkembang, tak terkecuali dengan Indonesia. Penampilan seperti ini sering disebut sebagai tren 'International style' dengan ungkapan ?Less is More?.

?The International Style? adalah perwujudan dari aliran arsitektur Modern dengan ideology ?Form, Follow, Function?-nya. Tren arsitektur ini telah menjadi rezim arsitektur sampai awal tahun 1980-an, terutama di Amerika Serikat dan negara-negara berkembang lainnya. Gaya seperti ini tidak terlalu mendapat tempat di kota-kota Eropa yang umumnya padalah kota-kota tua yang memiliki sejarah yang panjang mengenai seni dan gaya dalam arsitektur, serta masyarakatnya sangat apresiatif dan memiliki pemahaman mengenai ?histori? kotanya. Sehingga tidak mudah untuk menghancurkan sebuah bangunan dan diganti dengan bangunan baru yang lebih tinggi.

Ini perlu dipelajari oleh masyarakat dan pengambil kebijakan di Indonesia, karena kota-kota di Indonesia juga banyak memiliki sejarah dalam seni dan gaya arsitektur. Bangunan ?Palace of Culture and Science?, di Warsawa, Polandia (1955), karya arsitek Rusia, Lev Rudnyer dengan ketinggian 42 lantai merupakan bangunan pada awal periode ini yang tidak terpengaruh sama sekali oleh ?International Style? tetapi lebih terinspirasi oleh bangunan ?Wringley Building?, di Chicago, karya arsitek Graham, Anderson, Probst and White, yang banyak memakai ornamen dari Renaissance.

Pada awal 1970-an mulai terjadi perlawanan terhadap ?International Style? dengan bangunan yang tidak lagi sekedar berbentuk kubus kaca, tetapi sudah mulai ?ilmu bentuk? bangunan dipakai kembali. Penentangan tersebut dideklarasikan dengan matinya aliran ?Arsitektur modern? di St, Louise, Missouri pada penghancuran gedung ?Pruitt-Igoe Housing?, St. Louise, karya arsitek Minoru Yamasaki pada tanggal 15 juli 1972, maka dimulailah era arsitektur bergaya ?Post-Modern?. Minoru Yamasaki adalah juga arsitek dari gedung World Trade Centre (WTC) setinggi 417 m di New York , tahun 1972, yang hancur pada peristiwa 11 September 2001.

Gaya arsitektur Post-Modern ini benar-benar menonjol pada awal 1980-an dan masih berlangsung sampai sekarang. Gaya ini lahir dari kerinduan akan arsitektur yang lebih humanis dan kembali menghargai sejarah seni bangunan pada zaman sebelum arsitektur modern seperti Medieval, Renaissance, Classic, Barroq yang dalam penampilannya memakai konteks ?kekinian? dan memasukan unsur warna pada selimut bangunan dan terjadi sedikit pembalikan pada tingkat perwajahan dari kaidah-kaidah struktur yang seolah-olah mengolok-olok hukum grafitasi. Pada periode bangunan tinggi bergaya ?Post-modern? ini terdapat beberapa tokoh arsitek dengan bangunan terkenalnya antara lain ?AT&T Building?, di New York (1985) karya arsitek Philip Johnson dengan ketinggian 37 lantai dengan inspirasi Renaissance yang menggunakan granit pinkis pada selimut bangunan. ?Wacker Drive?, di Chicago (1983)karya arsitek William Pederson dari biro arsitek KPF (Kohn, Pederson & Fox) yang merupakan sebuah bangunan yang elegan dipinggir sungai Chicago. Di kawasan ini juga akan dibangun pada tahun 2003 'Chicago Skyscraper' setinggi 78 lantai milik Donald Trump, karya arsitek Adrian Smith.

Saat ini gedung tertinggi di dunia adalah 'Petronas Tower' di Kuala Lumpur, karya arsitek Italia Cesar Pelli. Bangunan ini memiliki luas lantai lebih kurang 2.286.000 m2 dan dapat menampung parkir sebanyak 4.500 mobil, dilengkapi dengan museum minyak, hall musik symphony dan pusat konferensi dengan teknologi multi-media. Dengan ketinggian 450 m bangunan ini sangat gigantik lebih tinggi 7 m dari ?Sears Tower? di Chicago, Amerika (443m) karya arsitek Fazlur Khan selesai dibangun tahun 1974 yang merupakan bangunan tertinggi didunia sebelumnya. ?Petronas Tower? didesain dengan konsep Arsitektur Islam dengan pendekatan pada prinsip geometri dan simbol arsitektur islam pada bentuk dasar tapak bangunan, dan memiliki siluet yang menyerupai menara pada ?Mesjid Sulaymaniye?, di Istambul (Constantinople), Turki, karya arsitek Sinan yang dibangun tahun 1550-1557 pada masa kekaisaran Ottoman. ?Petronas Tower? telah menjadi simbol kota Kula Lumpur bahkan menjadi simbol nasional bagi negara Malaysia.

Bagaimana di Indonesia?

Arsitektur gedung tinggi di Indonesia sebagaimana dengan negara-negara berkembang lainnya yang baru merdeka pada pertengahan abad 20, dimulai pada periode arsitektur ?International Style?. Bangunan tinggi pertama di Indonesia adalah ?Hotel Indonesia?, di Jakarta (1959) karya arsitek Amerika Abel Sorensen dan Wendy Sorensen yang penggunaannya diresmikan tanggal 5 Agustus 1962, serta ?Wisma Nusantara?, di Jakarta, karya arsitek Jepang dengan ketinggian 30 lantai dengan menerapkan teknologi tahan gempa. Kedua bangunan ini sangat kental dengan tren 'International Style' pada penampilannya. Dan berbeda jauh dengan bangunan-bangunan bergaya kolonial yang ada di Jakarta sebelumnya.

Kedua bangunan ini terletak berseberangan pada bundaran air Tugu Selamat Datang (Bundaran HI) dan merupakan titik awal dari perkembangan gedung-gedung tinggi di Indonesia. Dengan dibangunnya Jl. Jend. Sudirman pada awal 1960-an terjadi perkembangan gedung-gedung tinggi pada koridor Jl. Jend. Sudirman dan Jl. M.H. Thamrin pada awal 1970-an. Begitu juga dengan Jl. H.R. Rasuna Said yang dibangun pada tahun 1970-an. Sebagaimana dengan negara-negara berkembang lainnya, pertumbuhan gedung-gedung tinggi yang mendominasi wajah kota dilaksanakan tanpa kendali sehingga bangunan yang hadir kurang memiliki pemahaman terhadap kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakatnya.

Hal ini terus berlangsung dan mencapai puncaknya pada tahun 1989-an dan mendadak terhenti pada pertengahan 1997 karena krisis ekonomi yang masih berlangsung sampai sekarang. Ternyata keberadaan gedung-gedung tinggi terutama di Jakarta, Bandung dan Surabaya sangat berperan dalam mengantarkan kita pada krisis yang berkepanjangan. Sekali lagi membuktikan bahwa arsitektur bisa menjadi ukuran kemakmuran suatu negara dan juga bisa sebagai pencetus krisis ekonomi, ini telah dialami Oleh Amerika Serikat pada tahun 1920-an dan juga beberapa negara di Amerika Latin. Dan kita tengah mengalami dan merasakannya saat ini.

 (Di olah dari artikel Krisen S. Emha, Arsitek)

Arsitektur Dekonstruksi

Dekontruksi dikukuhkan pada International Symposium on Deconstruction diselenggarakan oleh Academy Group di Tate Gallery, London, 8 April 1988. Setelah itu diselenggarakan Pameran Deconstructivist Architecture di Museum Of Art, New York 23 Juni-30 Agustus 1988.
Arsitektur dekonstruksi merupakan suatu pendekatan desain bangunan yang merupakan usaha-usaha percobaan untuk melihat arsitektur dari sisi yang lain. Derrida mengembangkan konsep dekonstruksi kedalam berbagai eksperimen yang mengekspresikan ciri kebebasan retorikal atas struktur komposisi formal. Pandangan dekonstruksi lahir dari suatu atmosfir yang berlandaskan pada konsep “filosofi-anti kemapanan”.
Ciri-ciri Arsitektur Dekontruksi :
- Penampilan bidang-bidang simpang siur
- Garis-garis yang tidak beraturan
- Keseluruhan struktur seperti runtuh
- Dekonstruksi membawa bentuk-bentuk geometri yang cenderung berbentuk “aneh”. Hal ini disebabkan oleh adanya pembatasan penerimaan keabsolutan terhadap keaslian bentuk-bentuk geometri yang selama ini dikenal.
Salah satu Arsitek terkenal yang menganut Arsitektur Dekontruksi adalah Frank O. Gehry. Contoh karyanya adalah Weisman art museum dan Der Neue Zollhof. Weisman art museum berlokasi di Minneapolis, Minnesota dekat dengan sungai missisipi. Ciri dari Arsitektur Dekontruksi yang dapat jelas dilihat adalah Gehry menggunakan bentuk-bentuk yang sangat tidak lazim pada bangunan ini. Dan dapat dilihat dengan kemampuan imajinasi, Weisman art museum seakan-akan dapat berbicara dan mengungkapkan sesuatu kepada yang melihatnya. Dengan bentuk yang tidak lazim dan gaya expressionist modern, frank gehry telah menunjukkan sisi dekonstruksi dari Weisman art museum. Akan tetapi, esensi sebuah karya arsitektur dekonstruksi bukanlah dari bentuk, akan tetapi lebih kepada makna dibaliknya.Der Neue Zollhof berlokasi di tepi sungai Rheine di daerah publik yang berskala urban, Dusseldorf, Germany. Unsur simpang siur yang menjadi salah satu ciri dari arsitektur dekonstruksi masih nampak jelas . Penampilan bentukan 3 dimensi membuat eksistensi bangunan ini sebagai bangunan yang berlanggam dekonstruksi tampak nyata. Permainan bidang – bidang menjadi salah satu pemicunya.
Weisman art museum merupakan salah satu karya arsitek terkenal, frank gehry, dengan style expressionist modern yang dirancang pada tahun 1990 hingga 1993. weisman art museum berlokasi di Minneapolis, Minnesota dekat dengan sungai missisipi.
Ciri khas dari bangunan dekonstruksi adalah bentuknya yang aneh. Dan hal ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk yang tidak lazim yang dibemtuk oleh Frank O Gehry.
Penanpilan dari bangunan ini juga simpang siur, tidak dapat dipastikan jelas bentuk bangunannya.
Dalam memahami sebuah karya arsitektur dekonstruksi, tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan kemampuan ilmiah yang bersifat rasional. Namun diperluan juga kemampuan berimajinasi untuk mampu menerjemahan makna dibalik sebuah karya arsitektur itu sendiri. Dengan kemampuan imajinasi, dapat dilihat weisman art museum seakan-akan dapat berbicara dan mengungkapkan sesuatu kepada yang melihatnya. Dengan kata lain konsep dari arsitektur dekonstruksi adalah pengutamaan melalui idera penglihatan dan diakhiri dengan indera yang lain.
Gambar bangunan

Gedung Pencakar Langit Dengan Konsep Tanaman Hijau Yang Sangat Menakjubkan

Gedung Pencakar Langit Dengan Konsep Tanaman Hijau Yang Sangat Menakjubkan
dragonfly-vertical-farm-concept-by-vincent-callebaut-1_yJ346_11446
Posted by Kaskusnews May 24, 2010

http://www.instablogsimages.com/images/2010/05/17/dragonfly-vertical-farm-concept-by-vincent-callebaut_KZfHu_11446.jpg
Sepertinya Bumi kita ini sudah tidak cukup lagi untuk meletakan banyak tanaman2 hijau karena keterbatasan tempat. Untuk mengatasi itu semua, maka akan dibuatlah sebuah konsep besar yang akan membuat bumi kita ini dipenuhi oleh tanaman2 hijau, yaitu adalah dengan gedung pencakar langit.
pasti kaskuser masih bingung apa tujuan dengan membangun gedung pencakar langit ini ?
Tanaman2 hijau, nantinya akan dipelihara dan dirawat dengan baik di atas gedung pencakar langit ini. Gedung pencakar langit buatan ini dapat menghasilkan victuals makanan alami bagi kehidupan manusia, dan nantinya semua manusia dapat menghirup udara segar setiap harinya.
Kalo kaskuser pada penasaran pengen liat bagaimana konsep gedung pencakar langit ini, nih langsung aja saya kasih foto representasi dari gedung pencakar langit ini, yang pastinya dengan desain yang sangat menakjubkan
Dragonfly Vertical Farm concept
http://kaskusnews.us/wp-content/uploads/2010/05/dragonfly-vertical-farm-concept-by-vincent-callebaut-1_yJ346_11446.jpg
http://www.instablogsimages.com/images/2010/05/17/dragonfly-vertical-farm-concept-by-vincent-callebaut-2_9mjrk_11446.jpg
http://www.instablogsimages.com/images/2010/05/17/dragonfly-vertical-farm-concept-by-vincent-callebaut-3_kGzsD_11446.jpg
Arsitek: Vincent Callebaut.
Eco Pods
http://www.instablogsimages.com/images/2010/05/17/eco-pods-1_AQn2Y_11446.jpg
http://www.instablogsimages.com/images/2010/05/17/eco-pods-2_UF8kz_11446.jpg
http://www.instablogsimages.com/images/2010/05/17/eco-pods-3_MHZz1_11446.jpg
Arsitek: Howeler and Yoon.
Forwarding Dallas, Dallas City Hall

Arsitektur Klasik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia

Arsitektur klasik adalah gaya bangunan dan teknik medesain yang mengacu pada zaman klasik Yunani, seperti yang digunakan di Yunani kuno pada periode Helenistik dan Kekaisaran Romawi. Dalam sejarah arsitektur, Arsitektur Klasik ini juga nantinya terdiri dari gaya yang lebih modern dari turunan gaya yang berasal dari Yunani.

Sejarah

Saat orang berpikir tentang arsitektur klasik, umumnya mereka berpikir sebuah bangunan yang terbuat dari kayu, batu, dll. Dalam beberapa kasus hal tersebut benar, namun arsitektur klasik juga banyak memiliki nafas modern dan desain gedung yang rumit. Misalnya, atap, tiang, bahkan struktur batu atau marmer dibuat dengan detail sempurna.
Langgam Arsitektur Klasik muncul bersamaan dengan dimulainya peradaban tulisan secara formal. Belum ditemukan secara spesifik kapan era ini dimulai maupun berakhir. Namun, jenis langgam ini banyak dijumpai di benua Eropa. Dalama beberapa alasan, jenis arsitektur ini dibangun dengan tiga tujuan: sebagai tempat berlindung (fungsi rumah tinggal, sebagai wadah penyembahan Tuhan (fungsi rumah peribadatan) dan tempat berkumpul (balai kota, dsb). Untuk alasan kedua dan ketiga inilah bangunan ini dibuat sedetail mungkin dan seindah mungkin dengan memberi ornamen-ornamen hiasan yang rumit.
Seiring waktu berlalu, bangunan menjadi lebih rumit dan lebih rinci. Beberapa peradaban yang tumbuh dari batu dan lumpur turut memperkaya ragam bentuk Arsitektur Klasik, misalnya candi dan kuburan orang-orang Mesir.

Arsitektur Klasik Saat Ini


Bentuk-bentuk arsitektur klasik masih eksis hingga saat ini dan diadopsi dalam bangunan-bangunan modern. Pilar-pilar besar, bentuk lengkung di atas pintu, atap kubah, dsb adalah sebagian ciri Arsitektur Klasik. Ornamen-ornamen ukiran yang rumit dan detail juga kerap menghiasi gedung-gedung yang dibangun di masa sekarang.

Rujukan

Adam, Robert, Classical Architecture: A Comprehensive Handbook to the Tradition of Classical Style, New York, Harry N. Abrams, Inc., 1990

Arsitektur Bali

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia

Arsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari zaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada lontar Asta Kosala-Kosali, Asta Patali dan lainnya, sampai pada penyesuaian-penyesuaian oleh para undagi yang masih selaras dengan petunjuk-petunjuk dimaksud

Konsep Dasar

Arsitektur tradisional Bali memiliki konsep-konsep dasar dalam menyusun dan memengaruhi tata ruangnya, diantaranya adalah:

 Orientasi Kosmologi / Sanga Mandala

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sanga Mandala
Sanga Mandala merupakan acuan mutlak dalam arsitektur tradisional Bali, dimana Sanga Mandala tersusun dari tiga buah sumbu yaitu:
  1. Sumbu Tri Loka: Bhur, Bhwah, Swah; (litosfer, hidrosfer, atmosfer)
  2. Sumbu ritual: Kangin (terbitnya Matahari) dan Kauh (terbenamnya Matahari)
  3. Sumbu natural: Gunung dan Laut

 Hirarki Ruang / Tri Angga

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tri Angga
Tri Angga adalah salah satu bagian dari Tri Hita Karana, (Atma, Angga dan Khaya). Tri Angga merupakan sistem pembagian zona atau area dalam perencanaan arsitektur tradisional Bali.
  1. Utama, bagian yang diposisikan pada kedudukan yang paling tinggi, kepala.
  2. Madya, bagian yang terletak di tengah, badan.
  3. Nista, bagian yang terletak di bagian bawah, kotor, rendah, kaki.

Dimensi Tradisional Bali

!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dimensi Tradisional Bali
Dalam perancangan sebuah bangunan tradisional Bali, segala bentuk ukuran dan skala didasarkan pada orgaan tubuh manusia. Beberapa nama dimensi ukuran tradisional Bali adalah : Astha, Tapak, Tapak Ngandang, Musti, Depa, Nyari, A Guli serta masih banyak lagi yang lainnya. sebuah desain bangunan tradidsional,harus memiliki aspek lingkungan ataupun memprhatikan kebudayan tersebut.


FENOMENA ARSITEK GEDUNG TINGGI

Pertumbuhan gedung-gedung tinggi atau gedung pencakar langit (Skyscraper) merupakan indikator dari pertumbuhan kota (negara) baik secara ekonomi, sosial maupun budaya, sehingga mendominasi wajah suatu kota, tak terkecuali dengan kota-kota yang ada di Indonesia. Kelahiran gedung-gedung tinggi tersebut adalah akibat perkembangan kebutuhan akan ruang-ruang untuk beraktifitas yang terus meningkat sedangkan lahan yang tersedia adalah tetap serta memusatnya kegiatan ekonomi pada suatu kawasan (Central Business District) mengakibatkan pertumbuhan kota secara vertikal.
Solusi seperti ini selain akan mempersingkat jarak, juga mempersingkat waktu. Kelahiran gedung-gedung tinggi merupakan suatu revolusi arsitektur yang ditunjang dengan kemajuan teknologi dan tetap berpedoman kepada prinsip dasar arsitektur yaitu ruang bentuk dan fungsi sehingga memenuhi syarat untuk ditempati (habitation).
Secara garis besar perkembangan gedung-gedung tinggi dapat dikelompokkan pada Periode Sebelum Perang Dunia II dengan stream Fungsionalism, Gaya Eklektik, Gaya Art-Deco dan Periode Setelah Perang Dunia II dengan stream The International Style, Gaya Post-Modern.
Pengelompokan ini didasarkan atas perubahan yang sangat signifikan baik pada perwajahan arsitektur maupun dalam penerapan teknologi konstruksinya.

Perkembangan gedung-gedung tinggi ini juga ditunjang oleh teknologi yang lahir sebelumnya yaitu dengan ditemukannya Elevator oleh Elisha Graves Otis pada tahun 1852 dan juga dengan ditemukannya konverter baja rancangan Sir Henry Bessemer tahun 1856 yang mampu menekan biaya struktur baja. Walaupun baja telah populer sebagai konstruksi pada tahun 1830. dan digunakan sebagai konstruksi jembatan pertama kali pada tahun 1777 pada ‘The Ironbridge’, di Coalbrookdale, disungai Severn, Shropshire, Inggris yang dibangun oleh Abraham Darby.
PERIODE SETELAH PERANG DUNIA II
Ketika terjadi Perang Dunia II (1940-1950), era pembangunan gedung-gedung tinggi juga terhenti. Selain menghancurkan perekonomian juga membawa perubahan terhadap wajah dunia pada pasca perang tersebut.
Penampilan bangunan menjadi lebih sederhana dengan bentuk kubus dengan rangka bangunan yang diselimuti gelas dan miskin ornamen (hampir tidak ada), yang terlihat hanya garis-garis vertikal dan horizontal yang kaku dan oleh Bruno Taut dikatakan sebagai karya gambar anak-anak.
Dimulai dengan bangunan ‘Lever House’, karya arsitek Gordon Bunshaft (1952) dan diikuti oleh bangunan terkenal ‘Seagram Building’, di New York, karya arsitek Mies Van Der Rohe dan Philip Johnson dengan ketinggian 38 lantai. Mies van der Rohe adalah arsitek imigran Jerman dan dianggap sebagai pencetus ideologi baru dari penampilan arsitektur yang fungsional dan ekonomis sebagai inspirasi dari Bauhaus yang didirikan Walter Gropius di kota Wiemar, Jerman, tahun 1919 dan ketika pindah ke kota Dessau tahun 1926, Mies van der Rohe pernah menjadi direktur Bauhaus (1930-1932).
Penampilan bangunan dengan bentuk ini mengakibatkan terjadinya persamaan bentuk dan menimpa negara-negara yang baru merdeka sehingga lahirlah karakter kolektif pada kota-kota dinegara berkembang, tak terkecuali dengan Indonesia. Sehingga gaya tersebut disebut sebagai ‘The International Style’ –terminologi ini dipopulerkan oleh Henry-Russell Hitchcock bersama Philip Johnson pada pameran Arsitektur Modern di “The Museum of Modern Art’, di New York tahun 1932– dengan ungkapan “Less is More”.
‘The International Style’ adalah anak kandung dari aliran arsitektur Modern dengan ideology “Form, Follow, Function”-nya. Gaya arsitektur ini telah menjadi rezim arsitektur sampai awal tahun 1980-an, terutama di Amerika Serikat dan negara-negara berkembang lainnya. Gaya seperti ini tidak terlalu mendapat tempat di kota-kota Eropa yang umumnya adalah kota-kota tua yang memiliki sejarah yang panjang mengenai seni dan gaya dalam arsitektur, serta masyarakatnya sangat apresiatif dan memiliki pemahaman mengenai ‘histori’ kotanya. Sehingga tidak mudah untuk menghancurkan sebuah bangunan dan diganti dengan bangunan baru yang lebih tinggi.
Hal ini yang perlu dipelajari oleh masyarakat dan pengambil kebijakan di Indonesia, karena kota-kota di Indonesia juga banyak memiliki sejarah dalam seni dan gaya arsitektur. Bangunan ‘Palace of Culture and Science’, di Warsawa, Polandia (1955), karya arsitek Rusia, Lev Rudnyer dengan ketinggian 42 lantai merupakan bangunan pada awal periode ini yang tidak terpengaruh sama sekali oleh ‘International Style’ tetapi lebih terinspirasi oleh bangunan ‘Wringley Building’, di Chicago, karya arsitek Graham, Anderson, Probst and White, yang banyak memakai ornamen dari Renaissance.
Pada awal 1970-an sudah mulai terjadi perlawanan terhadap ‘International Style’ dengan bangunan yang tidak lagi sekedar berbentuk kubus kaca, tetapi sudah mulai ‘ilmu bentuk’ bangunan dipakai kembali.
Penentangan tersebut dideklarasikan dengan matinya aliran ‘Arsitektur modern’ di St, Louise, Missouri pada penghancuran gedung ‘Pruitt-Igoe Housing’, St. Louise, karya arsitek Minoru Yamasaki pada tanggal 15 juli 1972, maka dimulailah era arsitektur bergaya ‘Post-Modern’.
Gaya arsitektur Post-Modern ini benar-benar menonjol pada awal 1980-an dan masih berlangsung sampai sekarang. Gaya ini lahir dari kerinduan akan arsitektur yang lebih humanis dan kembali menghargai sejarah seni bangunan pada zaman sebelum arsitektur modern seperti Medieval, Renaissance, Classic, Barroq yang dalam penampilannya memakai konteks ‘kekinian’ dan memasukan unsur warna pada selimut bangunan dan terjadi sedikit pembalikan pada tingkat perwajahan dari kaidah-kaidah struktur yang seolah-olah mengolok-olok hukum grafitasi.
Pada periode bangunan tinggi bergaya ‘Post-modern’ ini terdapat
beberapa tokoh arsitek dengan bangunan terkenalnya antara lain ‘AT&T Building’, di New York (1985) karya arsitek Philip Johnson dengan ketinggian 37 lantai dengan inspirasi Renaissance yang menggunakan granit pinkis pada selimut bangunan. ‘Wacker Drive’, di Chicago (1983)karya arsitek William Pederson dari biro arsitek KPF (Kohn, Pederson & Fox) yang merupakan sebuah bangunan yang elegan dipinggir sungai Chicago. Salah satu karya dari kelompok KPF ini adalah ‘Bank Niaga Hedquarters” di Jl. Sudirman, Jakarta yang berassosiasi dengan salah satu konsultan di Jakarta.
ARSITEKTUR GEDUNG TINGGI DI INDONESIA
Arsitektur gedung tinggi di Indonesia sebagaimana dengan negara-negara berkembang lainnya yang baru merdeka pada pertengahan abad 20, dimulai pada periode arsitektur “International Style”.
Bangunan tinggi pertama di Indonesia adalah “Hotel Indonesia”, di Jakarta (1959) karya arsitek Amerika Abel Sorensen dan Wendy Sorensen yang penggunaannya diresmikan tanggal 5 Agustus 1962, serta “Wisma Nusantara”, di Jakarta, karya arsitek Jepang dengan ketinggian 30 lantai dengan menerapkan teknologi tahan gempa.
Kedua bangunan ini terletak berseberangan pada bundaran air Tugu Selamat Datang (Bundaran HI) dan merupakan titik awal dari perkembangan gedung-gedung tinggi di Indonesia. Dengan dibangunnya Jl. Jend. Sudirman pada awal 1960-an terjadi perkembangan gedung-gedung tinggi pada koridor Jl. Jend. Sudirman dan Jl. M.H. Thamrin pada awal 1970-an.
Begitu juga dengan Jl. H.R. Rasuna Said yang dibangun pada tahun 1970-an. Sebagaimana dengan negara-negara berkembang lainnya, pertumbuhan gedung-gedung tinggi yang mendominasi wajah kota dilaksanakan tanpa kendali sehingga bangunan yang hadir kurang memiliki pemahaman terhadap kondisi sosial, budaya dan ekonomi masyarakatnya.
Hal ini terus berlangsung dan mencapai puncaknya pada tahun 1989-an dan mendadak terhenti pada pertengahan 1997 karena krisis ekonomi yang masih berlangsung sampai sekarang. Ternyata keberadaan gedung-gedung tinggi terutama di Jakarta, Bandung dan Surabaya sangat berperan dalam mengantarkan kita pada krisis yang berkepanjangan.
Sekali lagi membuktikan bahwa arsitektur bisa menjadi simbol kemakmuran suatu negara tapi juga bisa sebagi simbol kehancuran/bangkrut. Dan kita ditakdirkan pada pilihan yang terakhir.
COPY RIGHT ; http://forumbebas.com/thread-59409.html

Arsitektur Islam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia

Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan sekular maupun di bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. Arsitektur juga telah turut membantu membentuk peradaban Islam yang kaya. Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah mesjid, kuburan, istana dan benteng yang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya, yang kurang signifikan, seperti misalnya bak pemandian umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya.

Sejarah

Pada tahun 630 M, Nabi Muhammad beserta tentaranya berhasil menaklukkan Makkah dari suku Quraish. Pada masa ini bangunan suci Ka'bah mulai didedikasikan untuk kepentingan agama Islam, rekonstruksi Ka'bah dilaksanakan sebelum Muhammad menjadi Rasul. Bangunan suci Ka'bah inilah yang menjadi cikal bakal dari arsitektur Islam. Dahulu sebelum Islam, dinding Ka'bah dihiasi oleh beragam gambar seperti gambar nabi Isa, Maryam, Ibrahim, berhala, dan beberapa pepohonan. Ajaran yang muncul belakangan, terutama berasal dari Al Qur'an, akhirnya melarang penggunaan simbol-simbol yang menggambarkan makhluk hidup terutama manusia dan binatang.
Pada abad ke-7, muslim terus berekspansi dan akhirnya mendapatkan wilayah yang sangat luas. Tiap kali muslim mendapatkan tanah wilayah baru, yang pertama kali mereka pikirkan adalah tempat untuk beribadah, yaitu mesjid. Perkembangan mesjid di saat-saat awal ini sangat sederhana sekali, bangunan mesjid tidak lain berupa tiruan dari rumah nabi Muhammad,[rujukan?] atau kadang-kadang beberapa bangunan diadaptasikan dari bangunan yang telah ada sebelumnya, misalnya gereja.

Pengaruh dan Gaya

Gaya arsitektur Islam yang mencolok baru berkembang setelah kebudayaan muslim memadukannya dengan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, Persia dan Byzantium. Contoh awal yang paling populer misalnya Dome of The Rock yang diselesaikan pada tahun 691 di Jerusalem. Gaya arsitek yang mencolok dari bangunan ini misalnya ruang tengah yang luas dan terbuka, bangunan yang melingkar, dan penggunaan pola kaligrafi yang berulang. Mesjid Raya Samarra di Irak, selesai pada tahun 847, bangunan berciri khas dengan adanya minaret. Juga mesjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki turut memengaruhi corak arsitektur Islam. Ketika Ustman merebut Istanbul dari kekaisaran Byzantium, mereka mengubah sebuah basilika menjadi mesjid (sekarang museum), yang akhirnya muslim pun mengambil sebagian dari kebudayaan Byzantium kedalam kekayaan peradaban islam, misalnya penggunaan kubah. Hagia Sophia juga menjadi model untuk pembangunan mesjid-mesjid Islam sselanjutnya selama kekaisaran Ustman, misalnya mesjid Sulaiman, dan mesjid Rustem Pasha. Motif yang mencolok dalam arsitektur Islam hampir selalui mengenai pola yang terus berulang dan berirama, serta struktur yang melingkar. Dalam hal pola ini, geometri fraktal memegang peranan penting sebagai materi pola dalam, terutama, mesjid dan istana. Pemakaian kubah juga sama pentingnya dalam arsitektur islam, pertama kali muncul dalam Dome of The Rock pada tahun 691 dan muncul kembali sekitar abad ke-17.

Hubungan Manusia Dengan Budaya Dalam Arsitektur

Kehidupan manusia sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia sangatlah luas. interaksi antara manusia dengan sekelilingnya sangatlah berpengaruh dalam kehidupan, salah satunya dengan kebudayaan

Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa dan arsitektur merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.

Kebudayaan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, salah satunya dalam arsitektur.

Arsitektur sebagai unsur kebudayaan merupakan salah satu bentuk bahasa nonverbal manusia, alat komunikasi manusia nonverbal ini mempunyai nuansa sastrawi dan tidak jauh berbeda dengan sastra verbal. Arsitektur itu sendiri dapat dipahami melalui wacana keindahan, sebab dari sanalah akan muncul karakteristiknya. Dalam naskah kuno sastra jawa dan kitab lontara Bugis Makassar dapat ditemukan hubungan relevansi antara lingkungan kehidupan budaya manusia dengan rumah adat yang diciptakannya.

Arsitektur di suatu daerah mempunyai ciri khas nya sendiri dibanding daerah lain karena dipengaruhi kebudayaan yang berkembang, contohnya rumah gadang di sumatera barat berbeda dengan rumah joglo di jawa tengah.

Rumah Gadang :


Rumah Joglo :


maka manusia dengan kebudayaan sangat berperan penting dalam perkembangan arsitektur.

sumber :

http://ridwan202.wordpress.com/2008/10/16/manusia-sebagai-makhluk-budaya/

http://arikaka.com/manusia-dan-kebudayaan/

http://dualembang.multiply.com/journal/item/28

Hubungan Manusia Dengan Budaya Dalam Arsitektur

Kehidupan manusia sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia sangatlah luas. interaksi antara manusia dengan sekelilingnya sangatlah berpengaruh dalam kehidupan, salah satunya dengan kebudayaan

Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.

Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Definisi Kebudyaan itu sendiri adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa dan arsitektur merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan.

Kebudayaan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, salah satunya dalam arsitektur.

Arsitektur sebagai unsur kebudayaan merupakan salah satu bentuk bahasa nonverbal manusia, alat komunikasi manusia nonverbal ini mempunyai nuansa sastrawi dan tidak jauh berbeda dengan sastra verbal. Arsitektur itu sendiri dapat dipahami melalui wacana keindahan, sebab dari sanalah akan muncul karakteristiknya. Dalam naskah kuno sastra jawa dan kitab lontara Bugis Makassar dapat ditemukan hubungan relevansi antara lingkungan kehidupan budaya manusia dengan rumah adat yang diciptakannya.

Arsitektur di suatu daerah mempunyai ciri khas nya sendiri dibanding daerah lain karena dipengaruhi kebudayaan yang berkembang, contohnya rumah gadang di sumatera barat berbeda dengan rumah joglo di jawa tengah.

Rumah Gadang :


Rumah Joglo :


maka manusia dengan kebudayaan sangat berperan penting dalam perkembangan arsitektur.

sumber :

http://ridwan202.wordpress.com/2008/10/16/manusia-sebagai-makhluk-budaya/

http://arikaka.com/manusia-dan-kebudayaan/

http://dualembang.multiply.com/journal/item/28

Senin, 14 Maret 2011

arsitektur

Arsitektur
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

Ruang lingkup dan keinginan

Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.

Teori dan praktik

Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan". Ini semua tidak lepas dari konsep pemikiran dasar bahwa kekuatan utama pada setiap Arsitek secara ideal terletak dalam kekuatan idea.
adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur"